Pages

Minggu, 23 Oktober 2011

Telanjang di Depan Cermin


Suatu hari saya tertarik membaca buku ”Menebus Eros” karya Dokter John White. Penulis mengajak kita sesekali perlu berdiri telanjang di depan cermin. Menatap diri dengan baik-baik dalam waktu yang agak lama. Apa yang terjadi? Menurut White pada orang tertentu akan muncul perasaan tidak puas. Merasa diri kurang ini dan kurang itu. Merasa tidak nyaman. Saran yang menarik, dan tak pernah terpikirkan.
Kebetulan posisi kamar tidur kami yang kecil memaksa saya melewati cermin yang ada di lemari baju. Cermin itu besar. Kadang narsis juga suka lihat badan sendiri. He he he. Lalu saya coba praktekkan apa yang dituliskan dokter White.
Waww… Ternyata apa yang dituliskan White benar. Paling tidak, bagi saya pribadi. Saat aku memandang tubuhku yang masih belum berbaju, tanpa sadar ada suara dari dalam hatiku…”kamu kurang ini dan kamu kurang itu…”. Mendadak timbul perasaan tak nyaman.
Aduuhh Rambutku…
Pertama-tama mataku memandang bagian Rambutku. Aduh benar saja, Langsung ada suara, “Julianto rambutmu penuh uban…… Keren sih tampak berwibawa… Tapi kok kusam ya…?”. Aku segera mengambil minyak rambut. Lalu ku oleskan…nah lumayan…. Entah kenapa saya merasa tidak PeDe kalau tidak memakai minyak rambut…? Itu baru urusan rambut.
Idihhh Gigiku ……
Mendadak mataku menatap gigi. Gigiku sebagian maju ke depan, tidak rata. Waktu kecil abangku suka meledekku dengan memanggilku “Giman” alias gigi mancung. Saat kecil dan remaja soal gigi menjadi masalah bagiku. Buat Aku minder. Sekarang sih sudah tidak. Tapi sesekali aku masih merasa kurang nyaman dan suara ledekan itu masih sayup-sayup terdengar.
Ampunn Perutku ……
Nah, yang lebih nggak nyaman adalah saat menatap perut. Rasanya malu.com. Apalagi berdiri nyamping. Bukan hanya gigiku yang maju, perutku juga maju ke depan, alias buncit. Maklum banyak traveling, sering makan enak. Kadang makan saat menjelang mau tidur. Juga akibat kurang disiplin olahraga.
Kenapa Saya Merasa Tidak Puas?
Tetapi bagian lain dari tubuhku relatif baik. Lengkap dan tak ada cacat. Meskipun Hasil general check up saya ada aja yang kurang sehat ( saya baru saja periksa kesehatan), namun secara umum saya jarang sakit. Hingga saat ini belum pernah opname karena sakit, kecuali saat ambil kelebihan lemak dari tangan.
Berat dan tinggi ideal. Punya istri dan anak-anak oke-oke, juga memiliki banyak sahabat dan kerabat. Saya Punya pekerjaan yang baik dan menyenangkan. Menulis buku, mengarang banyak lagu, trampil main gitar dll.
Lalu apa alasan saya tidak bersyukur? Kenapa masih saja aku merasa tidak puas saat berdiri di depan cermin??
Saya merasa sifat tidak tahu bersyukur inilah “cacat batin” yang mengganggu dan membuat saya merasa tidak pernah puas.

Kurang Bersyukur

Tiba-tiba saya teringat perkataan Salomo, bahwa tidak ada seorangpun yang bisa menikmati hidup di luar Dia. Benar! Memiliki dan menikmati itu adalah dua hal berbeda. Saya perlu belajar menikmati apa yang ada, yang saya miliki. Saya juga teringat kembali apa yang pernah ditulis Blaise Pascal, bahwa sesungguhnya ada satu ruang kosong dalam hati manusia yang tidak bisa diisi siapapun, kecuali Sang Pencipta.
Ohhh sekarang saya mengerti kenapa saya merasa kurang nyaman di depan cermin. Kenapa saya merasa tidak puas. Saya Kurang bersyukur.!!! Lalu segera saya perintahkan jiwa untuk mengingat semua kebaikan-Nya yang pernah aku terima. Mengingat apa yang ada dan yang saya punya, dan bersyukur. Secara perlahan tapi pasti kembali sukacita memenuhi hatiku. Dengan bersyukur saya bisa (kembali) menikmati hidup.
Saya teringat satu buku lain yang berkata : “Dengan bersyukur kita akan dimampukan melewati situasi-situasi kehilangan, kekurangan, kemalangan, ketidakberuntungan, kedukaan, penderitaan, penyakit atau situasi apapun juga. Tak seorangpun yang dapat memisahkan kita dari kasihNya”.

“Terapi” Cermin

Cermin telah menyadarkan saya seorang yang angkuh, tak pernah puas, dan kurang tahu bersyukur.
Teman, cobalah ambil waktu sejenak habis mandi berkaca di depan cermin tanpa busana. Telanjang. Tanpa dilihat siapapun kecuali oleh Anda sendiri dan DIA. Bercerminlah sepuasnya. Pandanglah dirimu dengan seksama, rasakan keindahannya. Jangan hanya pada fisik, tetapi pada kehidupan. Sesungguhnya kehidupan itulah anugerah sesungguhnya. Kita datang dengan telanjang dan akan kembali dengan telanjang. Selama kita hidup, bersyukurlah; karena di dunia orang mati tidak ada ucapan syukur. Seandainya kita ada kekurangan ini dan itu, tetaplah bersyukur. Kekurangan justru mengajar kita agar tidak sombong.
Sesungguhnya cermin itu adalah FirmanNya.


0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright (c) 2010 Artikel Keren Kita. Design by WPThemes Expert
Themes By Buy My Themes And Cheap Conveyancing.