Pages

Kamis, 14 Juli 2011

Falsafah Hidup Manusia


Suatu hari aku dan ayah berjalan melewati depan hotel bintang lima, mereka beruda melihat sebuah mobil mewah impor. Aku berkata pada ayah: “Orang yang naik mobil seperti ini pasti bukan orang yang terpelajar, terlalu memboroskan uang hanya untuk membeli mobil seperti ini.” Ayah terdiam sebentar, kemudian dengan bijaknya ayah berkata pada saya: “orang yang berkata seperti demikian pasti bukan orang yang punya duit.”

(Falsafah Hidup: Sesungguhnya apa pandangan kita terhadap hal-hal yang terjadi disekitar kita itu mencerminkan apa isi hati kita.)

Setelah makan malam, ibu dan kakak mencuci piring bersama di dapur, sementara itu ayah, aku dan adik menonton TV di ruang tamu. Tiba-tiba terdengar suara piring pecah. Hening sejenak. Adik lalu memandang ayah dan berkata: “Pasti mama yang memecahkan piring!” “Bagaimana kamu tahu kalau mama yang memecahkan piring?” tanya ayah. “Mama tidak marah-marah seperti biasanya.” jawab adik.

(Falsafah Hidup: Seperti kata peribahasa “Semut di seberang lautan masih terlihat jelas; gajah di depan mata malah tak terlihat jelas.” Demikian juga dengan kita, seringkali kita menentukan standard yang terlalu tinggi untuk orang lain, tapi terhadap diri sendiri kita selalu bersikap lembek. Dalam kasus di atas, seperti mama yang mungkin selalu marah-marah pada anaknya jika mereka berbuat salah, tapi ketika dirinya sendiri yang berbuat salah, diam-diam aja, seolah tidak terjadi apa-apa.)

Ada dua orang wisatawan Taiwan yang berlibur Semenanjung Izu, Jepang. Kondisi jalan di Semenanjung Izu sangat buruk, berlobang di sana sini.

Wisatawan yang pertama mendapati pemandu wisata terus menerus minta maaf pada para wisatawan atas kondisi jalan yang demikian buruk. Dia merasa sangat tidak puas dengan perjalanannya ke Semenanjung Izu.

Sementara itu wisatawan yang satunya lagi malah sangat menikmati perjalanannya ke Semenanjung Izu. Hal ini dikarenakan ketika melewati jalan yang rusak tersebut, sang pemandu wisata berkata pada para wisatawan: “tuan-tuan, nyonya-nyonya sekalian, jalan yang kita tempuh sekarang adalah Lesung Izu yang terkenal itu. Mari kita sama-sama menikmati perjalanan ini.”

(Falsafah Hidup: Meskipun dalam situasai yang sama, tetapi sering kali orang-orang memiliki sikap yang berbeda dalam menghadapinya. Bagaimana cara kita berpikir adalah sesuatu yang sangat luar biasa, jika kita memikirkan yang buruk, maka kita pun akan mengalami kondisi yang buruk, demikian juga kita kita bisa berpikiran positif, akan selalu ada solusi untuk setiap masalah yang kita hadapi. So, mari kita semua berpikiran positif!)

Ada dua orang anak yang bersekolah di sekolah yang berbeda. Mereka sama-sama bercita-cita ingin menjadi badut pelawak. Suatu hari di sekolah ketika pelajaran Bahasa Indonesia, guru bertanya tentang cita-cita mereka.

Ketika anak pertama yang bersekoah di sekolah A mengatakan bahwa dia ingin menjadi seorang badut pelawak, gurunya berkata: “Anak yang sungguh tidak punya ambisi dan cita-cita yang bagus. Bagaimana mungkin kamu bisa sukses dalam hidup jika cita-cita kamu hanya menjadi seorang badut? Lebih baik ga usah sekolah saja.”

Sementara itu anak yang satunya lagi di sekolah yang lain ketika mengatakan bahwa dia ingin menjadi seorang badut pelawak, gurunya berkata: “ Cita-cita yang bagus! Jadilah seorang pelawak yang sukses, dan bawalah tawa kebahagiaan kepada semua orang di dunia.”

(Falsafah Hidup: Sebagai orang tua, sudah seharusnya kita mendukung cita-cita anak kita, buat mereka menjadi semangat dan dukung mereka mencapai kesuksesan hidup mereka, bukan sebaliknya membuat mereka menjadi down.)


sumber : XiaoKang's Blog

0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright (c) 2010 Artikel Keren Kita. Design by WPThemes Expert
Themes By Buy My Themes And Cheap Conveyancing.